The pen is the tongue of my mind. -Miguel de Cervantes

Sunday, December 26, 2010

lets think

Apa yang kita tahu dari dunia ini?
>>dunia itu bulat, seperti bola, karena ia selalu berputar?

Apa yang kita tau dari kehidupan?
>>berat, sulit, menyenangkan, walau akhirnya kita menjadi mati?

Apa yang kita lihat dari dunia?

Apa yang kita lihat dari kehidupan?


then, I will give my opinion to both of them


Setiap minggu jadi kewajiban gue buat ke gereja, kewajiban dan tanggung jawab, dan setiap minggu juga gue melihat dan mempelajari sesuatu dari semuanya. Bokap dan nyokap yang kalah sama anaknya yang masih 5 tahun lah, bapak yang sangat mempedulikan anaknya tapi tidak pada ibunya, but ada 1 hal yang ga pernah hilang setiap minggunya dan membuat gue ga pernah berenti mikir betapa kita musti bisa kayak dia.

Gini. Di gereja gue ada 2 lantai kan, atas dan bawah. Buat yang ga dapet tempat di bawah, atau merasa anaknya bakal ganggu di bawah, akan dibawa ke atas. Intinya di atas itu orang2 yang kurang punya semangat ke gereja, karena di sanalah berkumpul pendatang terlambat (kayak gue -.-), anak2 kecil yang berisik dan orangtuanya harus lari2 jagainnya, orang2 yg ga pernah bisa matiin bahkan silent hpnya sebentar aja untuk ke gereja, dan lainnya.

Karena kan yang duduk di bawah adalah orang2 yang dateng duluan ke gereja, jadi dapet tempat yang enak di bawah, bisa liat altar, orang yg mau bener2 khusyuk ke gereja, karena bisa berlutut, orang2 yang pengen liat romo dari deket, bukan dari tv kayak orang2 di atas.

Tapi ada 1 orang paling semangat kalau di atas. 1 orang. Namanya Andrean, anak sma yang dulu sama kayak gue (dia adek kelas gue dr smp), darimana gue tau namanya? Men, gue ga naksir dia, tapi dia itu kalau dibilang ga sama kayak anak2 seumurannya. Dia punya dunia sendiri. Mmm, ya seperti autis gitu lah, tapi dia tetep bisa berkomunikasi sama orang lain.

Di sekolah pun, guru2 pada bilang dia anak yang rajin, setiap istirahat dia ke perpustakaan dan belajar. Ya, hal yang ga pernah dilakuin sama anak2 sma lainnya. Di gereja pun dia juga rajin dan semangat. Setiap kita harus menjawab kata2 dari pastur, dia lah peneriak paling kenceng, setiap nyanyi, dia buka puji syukurnya dan nyanyi dengan lantang, saat doa, dia jadi yang paling kenceng dan cepet! haha

Ya, some people ngeliat dia dengan tatapan kalo dia annoying, but mayoritas ngeliat dia sambil ketawa, entah apa yang ada di pikiran mereka, mungkin di sangka lucu atau malah gila (?) who knows?

Dia ga pernah duduk di bawah sekalipun dia dateng cepet banget, dia duduk di tempat yang sama, barisan paling depan. Dan selalu mau punya jarak dari orang lain, jadi kiri dan kanannya selalu kosong. Saat salam damai, this is the best part.

Dia nyalamin semua orang! Seberapa banyak sih kita nyalamin orang? Ga bakal bisa lebihin dia, dia selalu ngitung siapa2 aja yg dia salamin, setiap baris setidaknya harus dapet salamnya. And he enjoy it. Semua orang semangat ngeliat dia semangat dan minta salaman sama dia, walau waktu salaman udah abis, tapi dia tetep salamin orang2 di baris yang belom dapet salaman dia haha

tapi, pernah gue liat, waktu dia lagi salamin orang2, ada sepasang suami istri, mereka lagi mengobrol setelah salam2an itu, dan Andrean dateng menghampiri mereka, sang suami menyambut terlebih dahulu, dan sang istri melipat tangannya di dada, Andrean meminta salam pada sang istri dengan mengulurkan tangannya, sampai sudah di senggol suaminya, sang istri tetap memejamkan mata, lalu Andrean pergi begitu saja dan menyalami orang lain, tidak membuat pusing orang yang tidak mau bersalaman dengannya. Dan setelah diperiksa ternyata sang istri meninggal dunia (loh?!) haha ga kok. Sang istri buka mata ga lama setelah Andrean pergi, suaminya nanya, tapi istrinya ngomong apaan tau, ga kedengeran.

Tapi, emang gitu ya caranya memperlakukan mereka yang 'beda'? gimana kalo seandainya saudara kita yang kayak gitu? Atau temen kita? Jangan underestimate orang lain, siapapun mereka itu punya kelebihan dan kekurangan masing2. Kata nyokap gue, si Andrean setiap hari sekolah, dia paginya sekolah biasa di sma gue itu, dan pulangnya dia sekolah lagi, sekolah luar biasa atau sekedar terapi gue ga tau dengan jelas, tapi yang jelas sekarang dia udah kelas 3 sma, ips. Katanya sih dia pinternya pelajaran yang punya nilai pasti. Kayak matematika, dan ga gitu bisa kalau pelajaran logika. Ga tau pasti juga.

Tapi yg jelas, dia bikin gue belajar sesuatu, bikin gue sadar kalau apa yang ga sempurna di kita bisa kita jadiin kelebihan. Liat aja sekarang reality show pencarian bakat di tv, kebanyakan pesertanya orang cacat dan mereka bisa. Ada sisi baik dan buruknya. Sisi baiknya, bikin orang2 cacat lainnya semangat buat menjadi lebih dan lebih, sisi buruknya, pendukung mereka cuma sekedar kasihan sama mereka. Is that right? Ya, kalau mau pada ga kasian sama mereka dan mereka menang karena belas kasihan orang lain, bikin aja acara pencarian bakat dari orang2 cacat, jd yg ikut orang2 cacat doang, jd bisa objektif.

Bilangnya sih mereka harus dikasih kesempatan, ya itu bener, tapi coba bikin angket kenapa pada milih mereka? Gue yakin mayoritas bilang 'soalnya dia cacat tapi dia bisa...' atau 'soalnya kasian dia udah cacat gitu tapi tetep...' Haruskah kita nilai orang dari apa yang mereka punya dan apa yang mereka ga punya? Ancur deh dunia lama2 kalo semua orang mikir gitu.

Come on, guys, jadi penerus bangsa yang baik, jadi generasi muda yang semangat, seperti kata guru2 kita waktu sd. Ciptain perbedaan, jadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara. Atau setidaknya, berguna buat keluarga dan orang2 sekitar kita. Itu udah lebih dari cukup buat semangatin semuanya.

Good luck, guys. Semoga kita ketemu 10 tahun lagi dan udah pada sukses yaa! :D

No comments:

Post a Comment