The pen is the tongue of my mind. -Miguel de Cervantes

Wednesday, November 10, 2010

Jingga pada Biru - FIVE

Aku tidak pernah tau bahwa matahari sore tidak butuh langit biru, yang ia perlukan adalah langit merah menyala.Terang, agar ia bertambah manis bermandikan cahaya kemerahan di langit yang akan gelap. Aku tidak pernah menyangsikan karya Tuhan terindah ini, layaknya ia membuat semangat setiap paginya dan menutup semuanya dengan keindahan yang tidak pernah akan bisa digantikan dengan lainnya, bahkan malamnya, saat semua sudah hitam, sudah tidak lagi bermain dengan langit, Ia masih membuat keindahan dengan menaruh 'kunang-kunang' kecil bertaburan di langit hitam, ya bintang.

Bagiku, Biru. Ksatria Arya Biru sudah ditutup bukunya, masanya sudah habis, sudah expired. Hidupku harus benar-benar menjauh dari biru pemilik warna dominasi langit. Karena aku menemukan warna lain pemilik semesta ini, warna yang baru, warna yang bahkan tidak pernah lenyap dari aliran darahnya. Red- begitu kami memanggilnya. Ya, berindonesiakan merah. merah pemilik semesta baru dalam hidupku. Biru mungkin selalu mendominasi langit, tapi bukankah bumi ini berputar dan hanya mempunyai satu mentari dan satu langit?

Saat aku melihat mentari kuning dan langit biru, di belahan dunia bulat lainnya ada mentari jingga dengan langit merah menyala. Ya, merah menyala, karena merahnya selalu hangat, selalu indah, selalu ingin mendominasi Jingga. Dan aku ada di belahan dunia bulat lainnya itu sekarang.
Dan saat belahan dunia bulatku menjadi mentari kuning dan langit biru lain, aku sudah berada di belahan dunia bulat lainnya, dimana mentari jingga dan langit merah menyala bersatu.

Red- aku mengenalnya karena lagi-lagi satu kelas. Ah, seperti kata temanku, aku selalu mempunyai kisah di setiap kelas setiap tahun. Tidak harus selalu aku mencintainya dan dia mencintaiku, sometimes itu hanya menjadi cintaku bertepuk sebelah tangan atau sebaliknya, atau hanya menjadi cinta diam-diam yang aku tidak pernah akan tahu karena aku tidak diberitahu.

Red- merah menyalanya selalu hangat, karena tidak ada kata menyerah untuknya. Untuk menjadi yang terbaik, untuk memulai cintanya untukku, untuk membuatku mencintainya sedalam ini. Ah, Tuhan mengapa Engkau menenggelamkan aku dalam kecintaan yang mungkin terlalu cepat ini? Tapi aku tidak pernah menyesal, tepatnya tidak pernah mau menyesal untuk mencintainya sedalam ini, karena aku tidak pernah salah untuk mencintainya sedalam ini.

Red- tidak pernah ingin kalah, tidak pernah ingin menjadi yang terlupa. Ia nomor satu dan terbaik. He's a champion not a winner, the champion of my heart. But I still have one problem, aku masih lebih baik mengajari kambing untuk makan secara table manner daripada membicarakan tentang hubunganku dengannya. Aku mencoba, selalu mencoba, dan sekarang semuanya menjadi lebih baik. Walau tidak seperti kertas, tapi seperti mengetik pada keyboard. Sulit, mulutku bukan hanya terlem, namun juga terjahit! Aku selalu ingin mengirimkan pesan dengan kode yang benar, agar ia tidak pernah bersalah paham dengan perkatannku, agar ia menemukan kode yang pas pula untuk mengartikannya. Dan menjadi pesan yang sukses disampaikan.

Red- warnanya merah seperti darah yang mengalir dalam tubuhku setiap detiknya, untuk membuatku tetap hidup.

Red- aku tidak punya darah biru, tidak setitikpun, aku tidak perlu darah biru untuk tetap hidup, yang aku butuhkan darah merah, ya merah yang mengalir di tubuhku saat ini dan selamanya.

Red- aku mencintaimu seperti bagaimana langit merah menyala selalu menemani mentari jingga dalam pengantar kepergiannya untuk tidur. Mentari jingga memang tidur, tapi ia datang di belahan dunia bulatku yg lain, dan di sana, kamu juga ada untukku.

Red- aku tahu betapa sulitnya memahamiku yang tidak pernah menjadi apa yang kamu mau, aku tahu betapa besar cintamu, aku tahu betapa sakitnya saat aku mengecewakanmu, dan kamu tahu : aku selalu menangis setiap malam dalam diam karena kecewamu terhadapku.

Red- bahkan dalam mimpipun aku tidak pernah berani bermimpi untuk mendapatkanmu, untuk mencintaimu, karena kamu begitu merah.

Red- tidak mengecewakanmu adalah janji terbesarku, selama aku memegang itu aku tidak akan meninggalkanmu sedetikpun apalagi berhenti mencintaimu. Tidak akan pernah.

Red- bahkan kata-kataku tidak akan sanggup mengungkapkan semuanya, semua yg ada dalam diriku saat ini. Aku tidak mampu menjelaskannya, namun aku akan membuktikannya.

Bahwa Jingga menemukan warna lain pemilik semesta pengganti Biru yang telah expired. itu Merah. Merah Nara Senja. Ya, kamu. Selamanya.

No comments:

Post a Comment